1. Pasar Terapung Muara Kuin
adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.Para pedagang dan pembeli
menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh
pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara
transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Para
pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produks
inya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
inya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Kini
pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya
geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan
pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk
budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi
kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan
jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga
memiliki sepeda motor atau mobil
2. Pulau Kembang
adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang
termasuk di dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin.
Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan
wisata berdasarkan SK. Menteri
Pertanian No. 788/Kptsum12/1976 dengan
luas 60 Ha.
Di
dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai tempat meletakkan sesaji bagi " penjaga" pulau Kembang yang
dilambangkan dengan dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman), oleh masyarakat dari etnis Tionghoa-Indonesia yang mempunyai kaul atau nazar tertentu. Seekor kambing jantan yang tanduknya dilapisi emas biasanya dilepaskan ke dalam hutan pulau Kembang
apabila sebuah permohonan berhasil atau terkabul.
3. Museum Wasaka
Museum
Wasaka adalah sebuah museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Wasaka singkatan dari Waja Sampai Ka Puting yang merupakan motto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan.
Museum
bertempat pada rumah Banjar Bubungan Tinggi yang telah dialih fungsikan dari
hunian menjadi museum sebagai upaya konservasi bangunan tradisional.
Terletak
di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin
Utara, Kota Banjarmasin.
0 komentar:
Posting Komentar